Home > Litera

Buku Anak Pippi, Inspirasi Literasi dari Masa Kecil Asma Nadia dan Helvy

Buku Anak tentang Helvy dan Asma Nadia

Orang rumah memanggilnya Pippi. Masyarakat lebih mengenalnya dengan panggilan Helvy. Lengkapnya Helvy Tiana Rosa. Banyak menulis buku sastra untuk segmen dewasa, kali ini pendiri Lingkar Pena ini meluncurkan buku untuk anak-anak. Buku yang diterbitkan Republika Penerbit, Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api mengisahkan masa kecil Helvy dan Rani (Asma Nadia). Dua penulis terkemuka Indonesia dan pegiat literasi.

Lewat kisah masa kecilnya Helvy berbagi inspirasi tentang meraih mimpi menjadi penulis. Sebuah mimpi yang dulu mungkin jarak antara dia dan impiannya sangat jauh, kini telah mampu diwujudkannya. Bahkan mungkin telah melampaui mimpi kecilnya. Ia telah menulis 70 buku yang telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan difilmkan. Mendirikan Forum Lingkar Pena dan memperoleh 50 penghargaan nasional dalam bidang literasi. Menjadi Doktor di di Bidang Pendidikan (Bahasa) dan Dosen Sastra di Universitas Negeri Jakarta.

Bagi orangtua yang ingin anaknya gemar membaca, buku yang ditulis berima ini wajib menjadi salah satu koleksi. Bila anak Anda bercita-cita ingin menjadi penulis, jadikan buku ini sebagai inspirasi.

Baca Dulu, Menulis Kemudian

Dalam salah satu kisahnya disebutkan bahwa Pippi menulis surat kepada beberapa penulis terkenal Indonesia. Selain bercerita, ia bertanya agar bisa sehebat mereka. Namun suratnya dan surat-surat lainnya tidak ia kirimkan. Suratnya tersimpan di laci. Ia dan juga kedua orangtuanya tidak tahu harus dikirim ke alamat mana.

Satu waktu, ia tulis sendiri surat balasannya seolah dari Taufik Ismail dan Rendra. “Pippi, untuk bisa menjadi penulis yang baik, kau harus menjadi pembaca yang baik. Banyaklah membaca buku. Kepung dirimu dengan buku! Berlatih setiap hari, walau hanya selembar saja.”

Lucunya Pippi. Menulis sendiri, bertanya sendiri, jawab pun sendiri. Jawaban Pippi yang seolah-olah dari penulis terkenal pujaannya itu sebenarnya telah ia lakukan dan biasakan bersama adiknya. Keterbatasan ekonomi tidak menghalangi Pippi dan Rani untuk membaca. Koran pembungkus bawang pun mereka perebutkan untuk menjadi yang pertama baca. Padahal hanya sepotong sobekan tanpa sambungan. Satu waktu mereka pergi ke penyewaan buku. Mereka tidak bisa masuk, apalagi pinjem. Mereka tidak bisa menyewa buku karena tidak punya uang.

Beruntung mereka memiliki ibu yang memiliki kesadaran pentingnya membaca dan tahu anak-anak sangat menggemarinya. Ibunya selalu berusaha menyediakan bacaan untuk anak-anaknya. Meski untuk itu, Ia memimjam majalah atau buku bacaan dari para tetangga. Inilah contoh parenting luar biasa dalam mendidik dan membiasakan anak gemar membaca. Buku ditempatkan sebagai barang istimewa. Diupayakan dan diusahakan dengan berbagai cara. Tentu, cara yang dibenarkan.

Jalan Menuju Mimpi

Semua orang berhak memiliki impian. Tidak ada yang melarang dan membatasi. Kita tidak perlu membayar untuk memiliki impian dan cita-cita. Pippi dengan tegas dan lantang menyebutkan bahwa cita-citanya ingin jadi penulis terkenal. Ingin sekolah setinggi-tingginya, diundang keliling dunia tanpa biaya, dan karyanya dibaca di mana-mana. Impian yang sangat tinggi mengingat kehidupannya saat itu. Tapi, Pippi tidak berkecil hati. Ia terus membaca dan menulis tiada pernah berhenti. Meskipun koran dan majalah menolak tulisan-tulisanya, Ia tidak putus asa dan berkecil hati. Sampai pada akhirnya di suatu pagi, di salah satu majalah anak yang dibeli ibunya ada cerita Pippi.

Kisah Pippi yang teguh memegang cita-cita dan serius memperjuangkan impiannya akan memikat, menggugah, mengubah anak-anak Indonesia. Di mulai dari tepian rel kereta api mimpi Pippi kini telah menjadi nyata. Lewat buku Pippi Gadis Kecil dari Tepi Rel Kereta Api Helvymengajak anak-anak Indonesia untuk memiliki impian setinggi-tingginya dan terus menerus berjuang mewujudkannya. Selalu ada jalan yang akan menyampaikan kita pada cita-cita.

× Image